salju putih

Sejarah Matematika Babilonia dan Sejarah Peradaban Suku Maya



Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya kita dapat diperkenankan untuk dapat membuka blog ini.

Pada kesempatan kali ini, saya akan memberi penjelasan mengenai Sejarah Matematika Babilonia dan Sejarah Peradaban Suku Maya. Berikut ini adalah beberapa artikel yang saya dapatkan dari beberapa blog. Semoga bermanfaat!:)



Babilonia adalah wilayah budaya kuno di pusat-selatan Mesopotamia (Sekarang Irak), dengan Babel sebagai ibukotanya. Pendiri sekaligus raja pertama dari Babilonia adalah seorang kepala suku Amorite bernama Sumuabum yang mendeklarasikan kemerdekaan Babilonia dari Negara tetangganya Kazallu pada tahun 1894 sebelum masehi. Babilonia muncul sebagai bangsa yang kuat saat Raja Hammurabi dari suku Amorite menciptakan sebuah kerajaan kecil diluar teritori wilayah Kekaisaran Akkadia. Bangsa Babilonia mengadopsi bahasa Semitik Akkadia sebagai bahasa resmi dan bahasa Sumaria sebagai bahasa yang dipakai untuk keperluan keaagamaan yang saat itu tidak lagi digunakan sebagai bahasa lisan.

Tradisi Akkadia dan Sumeria memainkan peran utama dalam perkembangan kebudayaan Babilonia dan bahkan hal ini menjadikan beberapa daerah di negara tersebut menjadi pusat kebudayaan hingga ke luar daerah Babilonia sendiri pada zaman perunggu dan awal zaman besi. Babilonia sebagai Negara merdeka, sebenarnya bukan didirikan hingga menjadi terkenal oleh orang asli dari suku Amorite, sebagian besar sejarahnya Babilonia berada dibawah pemerintahan orang-orang Mesopotamia, Assyiria dan bahkan bangsa asing seperti Kassite, Elam, Het, Aram, Kasdim, Persia, Yunani dan Partia.

Babilonia pertama kali disebutkan dalam sebuah tulisan kuno dari masa pemerintahan Sargon dari Akkad yang tertanggal tahun 23 sebelum masehi. Diperkirakan sekitar seratus tahun setelah jatuhnya Kekaisaran “Ur-III” dari Sumaria di tangan bangsa Elam, suku Amorite mendapatkan kendali kekuasaan untuk hamper seluruh wilayah Mesopotamia dan merebut tahta Assyiria, Mari, Eshnunna Ur, Isin, Larsa dan kerajaan kecil lain di Mesopotamia.

Selama abad ke-3 sebelum masehi, ada banyak simbiosis pengembangan budaya antara bangsa Sumeria dan bangsa Akkadiadi seluruh Mesopotamia termasuk penggunaan dua bahasa atau bilingualism yang menyebar luas di seluruh daerah. Pengaruh Sumaria terhadap Akkadia dan sebaliknya meliputi berbagai pengkonversian dalam hal leksikal, sintaksis, morfologi dan fonologis bahasa, hal inilah yang mendasari para ahli disana untuk merujuk pada Sumaria dan Akkadia yang mereka sebut sebagai Sprachbund.

Bahasa Akkadia secara bertahap menggantikan bahasa Sumaria sebagai bahasa resmi di Mesopotamia., tetapi bahasa Sumari masih digunakan untuk hal-hal tertentu seperti upacara keagamaan, sastra dan bahasa ilmiah sampai abad ke-1 masehi.

Kebudayaan Mesopotamia selama zaman perunggu hingga awal zaman besi sering disebut sebagai budaya “Assyro-Babilonia” karena kedekatan yang saling bergantung di pusat daerah politik dua bangsa tersebut. Seiring berjalannya waktu, nama Babilonia kini digantikan menjadi Sumaria.

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. 

Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam. Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan lebih dari pada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.

Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini. Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. 

Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Melalui keunggulan orang Babylonia pada bidang astronomi, sistem perhitungan berbasis 60 mereka masih ada sampai sekarang, yakni dengan diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk 1 jam.

Bilangan 60 digunakan untuk menyatakan waktu, sejam 60 menit, semenit 60 detik. Bilangan 60 ini digunakan pertama kali oleh bangsa Sumeria, jadi mereka berhitung dengan basis 60 atau disebut juga Sexagesimal. Alasan kenapa digunakan bilangan 60 adalah bilangan ini bilangan terkecil yang bisa dibagi oleh enam angka pertama yaitu: 1,2,3,4,5,6.Jadi dengan mudah kita bisa terbayang: 1/2 jam = 30 mnt, 1/3 jam = 20 menit, 1/4 jam = 15 menit, dst. Alasan lain juga karena sistem bilangan yang paling banyak digunakan manusia saat ini adalah sistem desimal, yaitu sebuah sistem bilangan berbasis 10. 


Sistem Bilangan Sejarah Matematika Babilonia
Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku karena bentuknya seperti paku.Orang Babilonia menulisakan huruf paku menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara menekannya pada lempeng tanah liat yang masih basah sehingga menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku.


Babilonia menggunakan satu untuk mewakili satu, dua untuk mewakili dua, tiga untuk tiga, dan seterusnya, sampai sembilan. Namun, mereka cenderung untuk mengatur simbol-simbol ke dalam tumpukan rapi. Setelah mereka sampai kesepuluh, ada terlalu banyak simbol, sehingga mereka berpaling untuk membuat simbol yang berbeda. Sebelas itu sepuluh dan satu, dua belas itu sepuluh dan dua, dua puluh itu sepuluh dan sepuluh. Untuk simbol enam puluh tampaknya persis sama dengan yang satu. Enam puluh satu adalah enam puluh dan satu, yang karenanya terlihat seperti satu dan satu, dan seterusnya.


Sejarah Peradaban Suku Maya
Sejarah Peradaban Suku Maya ~ Suku Maya adalah satu dari suku bangsa Indian yang pernah mendiami kawasan Benua Amerika. Mengawali peradaban mereka yang gilang-gemilang di suatu tempat bernama Yucatan (sekarang Meksiko) Amerika Tengah. Walau catatan sejarah (1800 tahun sebelum masehi) merujuk pada permukiman pertama Suku Maya di Soconusco (kini bagian Chiapas, Meksiko) wilayah pesisir pantai Samudera Pasifik, bukti puncak peradaban mereka justru ditemukan di Yucatan yang lebih dekat ke Teluk Meksiko. 


sejarah-suku-maya
Suku Maya membangun kota mereka dengan memakai material bebatuan bersusun dengan berbagai ukuran. Bangunan dari batu ini terlihat kasar namun indah. Menyiratkan suatu bentuk peradaban yang sudah maju dengan sistem tata kota yang teratur, rinci dan detail. Bahkan teknologi pengerasan jalan sudah ditemukan suku ini. Buktinya banyak di situs Suku Maya terdapat jalan raya yang lebar, lurus dan panjang yang terbuat dari struktur batu yang rapi.
Peradaban pertama yang paling megah peninggalan Suku Maya adalah sebuah kota bernama Chichen Itza. Kota yang paling megah ini menjadi semacam pusat pemerintahan regional Suku Maya di dataran rendah utara wilayah Semenanjung Yucatan. Konon, Chichen Itza dibangun Suku Maya pada penanggalan tahun 514 M. Suku Maya menempati kota tersebut hanya sesaat. Setelah 150 tahun berdiri, Chichen Itza ditinggalkan penghuninya secara terburu-buru.
Diduga seluruh penduduk melakukan eksodus ke berbagai tempat yang tidak diketahui. Lenyapnya penghuni kota Chichen Itza menjadi suatu misteri besar dan apa yang telah pernah terjadi disana. Selama 300 tahun lebih kota Chichen Itza menjadi kota hantu. Lambat laun, belukar mulai tumbuh subur menutupi sisa-sisa bangunan batu Suku Maya dan kota berubah menjadi hutan. Sampai akhirnya sekelompok Suku Maya lainnya menemukan kota itu (978 M). kemudian mereka meretas belantara dan membabat semua belukar. Tampaklah puing Chichen Itza yang sudah hancur.
Mereka kemudian kembali membuka permukiman di sisa bangunan tua itu dan menambah bangunan baru dari bebatuan dengan model yang lebih indah. Di satu areal, Suku Maya gelombang kedua ini membangun kompleks istana di Chichen Itza. Peradaban Suku Maya kembali berkibar di semenanjung Yucatan. Namun kejayaan mereka tak lama, karena suku-suku Indian Amerika Tengah pada masa itu sering berperang memperebutkan wilayah dan kekuasaan.

Pada masa itu ras-ras Suku Maya terlibat perang antar sesama raja penguasa kota. Ras Suku Toltec semakin menguat di semenanjung Yucatan. Toltec kemudian mendominasi suku lain di semenanjung Yucatan dan memperbudak suku-suku lain. Tiga kota besar Mayapan, Uxmal, dan Chichen Itza kemudian sepakat untuk bersatu di bawah pemerintahan dinasti suku Toltec. Namun liga tiga kota ini kemudian pecah. Mayapan lantas menyerang Chichen Itza (1194 M).
Kini puing-puing peninggalan Kota Chichen Itza masih tersisa di Yucatan, Meksiko. Menjadi bukti sejarah tentang peradaban Indian yang sudah maju. Meninggalkan jejak suku-suku Maya yang menyisakan sepotong misteri. Chichen Itza mengalami masa kejayaan sampai abad ke-13 dengan aristektur kuil dan bangunannya yang sangat mengagumkan.
Situs Chichen Itza adalah satu kompleks rumit yang cukup besar dan luas. Chichen Itza memang menjadi pusat kebudayaan, ritual dan pemujaan bagi suku-suku Maya (termasuk Toltec, Olmec, dan Aztec). Bisa dikata semacam tanah suci bagi Indian yang peradabannya cukup tinggi. Masa kejayaan peradaban Maya, ditandai dengan seni pahat, patung dan keramik, selain arsitektur. Sehingga beberapa wujud bangunan arsitektur kesannya seperti pahatan-pahatan raksasa. Pada saat itu, bahan bangunan terpenting adalah batu. Kemahiran memecah dan mengukir batu-batu besar sungguh luar biasa. Balok-balok batu yang besar disusun dengan rapid an diperkuat dengan jangka-jangka dari logam tak berkarat.
Peradaban Maya di daerah Honduras, Guatemala, dan Yucatan adalah pemuja Dewa Matahari, sehingga mereka membangun bangunan-bangunan untuk upacara keagamaan di bukit-bukit dalam bentuk Piramida-Piramida tangga. Salah satu peninggalannya adalah Piramida untuk memuja Dewa Matahari di San Juan Teotihuakan.
Bangsa Maya (Toltec dan Aztec) juga dikenal dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama pada bidang matematika dan astronomi, di samping penguasaan teknologi pertanian dan pemujaan. Bangsa Indian Maya dikenal sebagai peradaban yang menemukan konsepsi angka “nol” pada matematika. Mereka juga pengamat perbintangan yang aktif, sehingga menguasai ilmu astronomi yang tetap dipakai pada pengetahuan modern saat ini. Mereka sudah mempelajari peredaran bulan, planet, matahari dan bintang. Namun bangsa ini akhirnya lenyap tanpa sebab yang bisa dijelaskan, kemungkinan perang saudaralah yang melenyapkan peradaban mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOFTWARE GRAPHMATICA

PEMBAHASAN 2.1        PENGETIAN GRAPHMATICA                                     Graphmatica merupakan software yang d...